Jakarta: Banjir di berbagai tempat, tanah longsor, dan erupsi gunung merapi merupakan bencana yang kerap melanda Indonesia. Bencana tersebut, salah satunya dipicu oleh sikap manusia yang kian abai menjaga alam dan kondisi geografis Indonesia. 

“Bila masyarakat mengabaikan kelestarian lingkungan, sementara kita hidup di khatulistiwa dan berada di lingkaran cincin api pasifik yang rawan gempa bumi dan erupsi gunung berapi, maka datangnya bencana tinggal menunggu waktu saja” ujar Ketua DPP LDII Sudarsono, yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) kepada RRI.co.id, Kamis (13/1/2022). 

Meski posisi geografis Indonesia di khatulistiwa memberi keunggulan tersendiri bagi kesuburan tanah di Indonesia, ada beberapa ancaman bencana yang akan silih berganti datang. Untuk itu harap Sudarsono, masyarakat harus memiliki mental kebencanaan sejak dini. 

“Contoh mutakhir adalah rakyat Jepang yang kerap dihantam bencana gempa bumi, mereka memiliki kesiapan yang tinggi dalam menghadapi bencana. Sejak dini rakyat Jepang telah diajarkan bagaimana bertahan hidup saat menghadapi bencana sehingga meski sering terkena bencana tetapi korban jiwa bisa diminimalisir, bahkan bangunan-bangunan di Jepang telah mengadopsi teknologi untuk menurunkan risiko kerusakan saat diguncang gempa,” katanya.

Sudarsono berharap pemerintah daerah dan ormas berperan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kebencanaan dan langkah antisipasinya. Apalagi sebagian besar masyarakat di wilayah pedesaan, memiliki kearifan lokal mengenai tanda-tanda bencana, menurut Sudarsono, informasi tersebut dapat diolah kembali dengan konteks kekinian. 

“Bahkan dakwah pun bisa jadi medium untuk mengampanyekan penghijauan untuk mencegah banjir dan longsor, dengan ungkapan sederhana. Misalnya, bila hutan terus ditebangi, mata air kering lalu ke mana kita bisa berwudhu,” katanya.

Sementara Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan mengatakan, ada 3.092 bencana alam yang terjadi di Indonesia sepanjang 2021. Lilik mengatakan, selama satu tahun terakhir, bencana alam yang terjadi bersifat hidrometeorologi basah di antaranya adalah banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor.  

Namun Lilik mengatakan, jumlah bencana yang terjadi selama 2021 tersebut menurun dibandingkan dengan jumlah bencana alam yang terjadi pada 2020. Namun, kata dia, dampak dari bencana alam pada tahun 2021 lebih banyak dibandingkan tahun 2020.  

“Jumlah bencana turun dari 2020 ke 2021 dari 4.649 menjadi 3.092, tapi dampaknya naik, kita lihat yang meninggal naik 76,9 persen, luka-luka juga naik dari 619 jadi 14.116, cukup signifikan,” pungkasnya.

Sumber : https://m.rri.co.id/tanggap-bencana/1323955/manajemen-antisipasi-bencana-harus-digencarkan?utm_source=news_main&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General%20Ca

Social Media