Peduli Sampah Untuk Kemaslahatan Umat Manusia
Mengurus sampah tidak selesai dengan membuang sampah di tempat sampah, menggabungkan berbagai jenis sampah dalam kantung lalu dilempar ke tempat sampah. Selanjutnya, biarkan petugas sampah yang dibayar tiap bulan menyelesaikan permasalahan ini
Sebagai warga Negara yang berpendidikan tentu kita mengetahui urusan sampah tidak sampai disini. Sampah rumah tangga bila digabung akan menimbulkan bau dan tidak sehat bagi lingkungan, tetangga atau bagi pekerja yang menangani kantung sampah. Sekalipun dibayar, petugas tidak akan melakukan pemilahan sampah dari rumah kita dan terpaksa sampah dicampur lalu dibuang bersama yang lainnya.
Saat sekolah kita diajarkan bahwa sampah organik yang mudah terurai sangat bermanfaat bagi kesuburan tanah, baik dihalaman maupun untuk pertanian. Sedangkan sampah non organik semisal plastik, botol kaca atau material yang tidak bisa diurai tanah dalam waktu cepat, banyak yang bisa dimanfaatkan lagi baik secara langsung maupun proses daur ulang. Semua masih memiliki nilai ekonomis.
Kontribusi masing masing keluarga dalam memilah sampah organic dan mengolahnya mandiri dihalaman rumah sangat besar bagi pengendalian lingkungan sebuah kawasan, kota, desa, maupun Negara. Bayangkan melihat data dari sebuah TPA di pinggiran Jakarta, komposisi sampahnya adalah organik (63,59%), sampah anorganik recyclable (26,70%), dan sampah anorganik non-recyclable (9,70%). Setiap keluarga dirumah rumah dapat membantu mengurangi tranportasi dan gunungan sampah organik sebanyak 63.59%. Berapa penghematan biaya transportasi yang bisa didapat, berapa luasan dan ruang area TPS dan TPA yang bisa dihemat serta pengurangan komposisi sampah akan membantu para pekerja sampah mengoptimalkan pekerjaan lainnya daripada mengangkat dan mengirim, serta menimbun sampah yang bisa kita lakukan dirumah masing masing.
Bencana alam sering terjadi karena ulah dan perilaku manusia dalam memperlakukan alam dan lingkungannya. Keluarga memiliki peran besar dalam mendidik dan membimbing anak dibidang lingkungan. Kebiasaan menghormati dan menyayangi lingkungan tempat tinggal dimulai dari memperlakukan sampah dari proses memilah lalu membuang sampah tanpa harus mengganggu lingkungan dan tetangga akan menjadi pembentukan karakter yang mengakar. Tentu keluarga perlu juga memberikan dasar informasi pengetahuan yang memadai selain membentuk kebiasaan dan karakter. Selain itu yang paling mendasar adalah pendidikan agama, dimana memperlakukan alam dengan hormat merupakan kewajiban setiap manusia. Dalam Al Quran disebutkan “….dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.(QS. Al-Qashash [28]: 77).
Pikirkan sebelum kita memproduksi sampah, pastikan kita akan menanganinya dengan tuntas dan tidak akan menimbulkan gangguan lingkungan.
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan-tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Rum [30]: 41).
“Dan mereka berusaha menimbulkan kerusakan di bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS. Al-Mai’dah [5]: 64).
Bila hal dilakukan di semua rumah tangga lalu komunitas, maka akan lahir generasi yang mampu menghentikan kerusakan lingkungan secara massif.(Edwin-17 Feb).